Skip to main content

Posts

Showing posts from 2013

DCMBRRR

Gue juga nggak tau kenapa postingan akhir tahun ada lebih dulu ketimbang postingan akhir bulan, whatever tho, it's still December anyway :)) Desember nggak selalu menjadi bulan favorit gue, karena kadang Desember bisa serasa di lagu Violet Hill ( it was long and dark December ) atau terasa perih tapi penuh harap versinya Efek Rumah Kaca. Ya meskipun ada masanya enek belajar uts kimia, enek liat index mafiki yang kurang indah, keujanan, kena becek, menggigil pas lagi wawancara di selasar, gagal syuting outdoor, dan beberapa duka lainnya, Desember kali ini: dingin dan menyenangkan! Lebih tepatnya Bandung di bulan Desember sih... Pertama kalinya bisa menikmati Bandung dan merasa hidup di Bandung -bukannya numpang tidur dan kuliah doang- ya di bulan Desember ini. Meskipun masih ada uts dan uas tapi yang penting masa belajar efektif kuliah selesai, jadi abis uts kimia kerjaannya cuma syuting - wawancara - nyelasar - ngehedon - bengong. Buat temen-temen yang begitu ujian kelar langsu...

Merangkum Tahun

Mendifinisikan tahun 2013 ke suatu generalisasi sesungguhnya sangat susah. Kenapa? Because everything -literally everything- happened in 2013. Ketika dulu 2013 disebut-sebut sebagai "taunnya kita", ternyata emang kurang lebih begitu, sepertinya seantero angkatan 2013 bakal mengamini premis yang gue nyatakan barusan: everything happened in 2013. Di tahun ini, masa lalu dan masa depan bisa-bisanya beriringan. Maksudnya di 2013 inilah titik dimana kebiasaan lama dan kondisi lama yang gue bawa dari kecil berganti sama hal-hal baru yang sepertinya bakal melekat sampai waktu yang lama. Kalo di awal sampe pertengahan tahun itu masa-masa belajar mati-matian di Inten buat masuk FTI, setengah berikutnya adalah masa-masa belajar di FTI sampe mau mati. Kalo setengah tahun pertama adalah masa-masa melambung terlalu tinggi, setengah tahun berikutnya masa-masa nyungsep. Kalo di awal tahun menyimpan minpi buat tetep menulis dan menyelesaikan semua proyek tulisan yang pending, di akhi...
I know I've told people about this zillion times and I'm sorry for being such a grumpy bastard kid, but yeah, the first half of TPB had been a rough time to get through to. Things get better tho; I finally passed that never-ending 2.4 km run test, my scores are getting better, almost all tasks are done (except TA, tanda tangan, essay ganffest), and life is less-shitty-er than before. So I could feel the super heavy giant rock that I'm weighing is finally getting lighter, even tho kabar nilai kimia + uas ttki belom jelas. Storm will passed, rite? I just figured that the "blessing in disguise" shit is surprisingly true. You may hear this as a surprise and I haven't figured what it is yet, but, there's a slight moment of clarity each time I see you. It's weirder and it's getting more awkward the more I think about it, and now that I write about it, it's getting really really awkward hahaha. I still -surprisingly- see it as a blast, tho :p

A Llittle Memo, Not Another Letter

You know you're good at everything and everyone -damn you're the BEST at everything, except when it comes to me (or us). So, just, whatever, you should and you will not screwing things up, and remember that you suck at NOTHING (except, well uh, ya know). I don't know why I'm posting this, maybe because I'm staying up too late while my friends are still in Jakarta. Bottom line: When you feel like failing at something, just don't, because you won't! for you-who-will-know-and-kegeeran-when-reading-this (kalo masih pernah buka link ini :p)

Robot?

Kamu dan mimpi. Mimpi dan kamu. Kamu dan mimpi-mimpi mu. Tahun pada akhirnya akan habis terkikis, tapi gue: statis. Lebih dekat sama mimpi itu omong kosong, yang ada dihempas realita lagi, lagi, dan lagi. Mimpi yang paling baik adalah mimpi yang terpelihara, karena sebaik-baiknya mimpi adalah mimpi yang tetap menjadi mimpi. Katanya sih harus percaya sebaliknya, bener gitu kan? Susah, sumpah. Perdebatan cuma ada dalam batin, karena cuma suara itu yang gue punya. Masalah konsep mimpi selalu jadi permainan otak paling kacrut. Karena kamu -karena kita- seharusnya hidup dari mimpi-mimpi itu kan? Jadi, tolong, bisa bikin saya percaya lagi? #ngomongapasiiii

Dan Terakhir

Ada bercak air di langit-langit kamar kosan saya yang menjadi satu-satunya pusat penglihatan (selain layar hp) sementara pendengaran saya khusyuk pada alunan Suck It and See. Entah sejak kapan bercak itu menjadi hiasan di sana. Kemudian ada juga bercak di solar plexus saya -mungkin- karena saya yakin hepar dan jantung saya benar-benar normal, bercak atau apapun yang menjadikan saya tidak utuh, dan menggerogoti saya entah sejak kapan juga. Saya khawatir atap kamar saya ini suatu saat runtuh, begitupun saya khawatir diri saya tidak akan kembali utuh. Kemarin lalu, untuk pertama kalinya, saya ingin sekali melakukan suatu hal itu dengan benar. Tapi bukan kebenaran atau realisasi dari manusia lain untuk menjadikan hidup seseorang lengkap, atau minimal cukup. Menjadi benar tidak pernah menjadi jawaban, terlebih lagi ketika definisi 'benar' itu pada dasarnya abstrak. Dulu saya percaya keterbatasan saya ada pada kemampuan saya melakukan suatu hal itu dengan benar, hal yang selalu me...
Seminggu di kosan, dan ini kali pertama the gloomy phase strikes in. Everything seems like a pile of shit to me. Setelah tujuh hari kepewean, hari ke delapan ini adalah hari dimana gue udah pengen pindah kosan aja. Kenapa? INTERNET DAN SINYAL. Sebenernya internet kenceng-kenceng aja ini, tapi gak bisa konek ke iphone dan ipod. Blackberry gue, satu-satunya gadget yang (kadang-kadang) bersinyal, kemaren lcdnya rusak untuk yang keempat kalinya. Wastafel kamar mandi gue bocor dan ga di bener-benerin. I'm isolated once I got back to this place. It doesn't feel like home anymore. Satu-satunya yang bikin betah sama kosan ini cuma keempat teman w :( Orang tua gue setiap hari stres mau menghubungi gue, dan sekalinya gue keluar kosan, gue lagi acara kampus. Hahhh. Baru seminggu, tapi semua udah drift away. Ini saat dimana hal-hal yang lo takutin bakal terhapus waktu akhirnya bener-bener terhapus waktu, kayak hobi-hobi gue yang kebuang kemana au tiap ada acara pengenalan kampus etc. Gue t...

Invest Your Misery!

Konon Herodotus dalam buku Historia pernah berkata, "Semakin sering seseorang menulis di blognya -terutama hal tidak penting-, semakin kesepian dan pengangguran lah ia." Mungkin iya mungkin nggak, karena sekarang gue bisa ngeles: mumpung ada waktu sebelum kuliah . This is the last day of my monthly period, but the PMS phase just won't stop bitching out. Or the MS phase, since it's not 'pre-' anymore. In fact, we could interpret it into a new -but the same- thing now; Melancholic Syndrome. HAHA. So yesterday my hormone or just simply myself turns my-already melancholic-self into some super melancholic kid. And these are where I invest my melancholic energy: #1 Watch (500) Days of Summer for the Zillionth Time and Capture ALL the Best Parts Oh have I told you that this is like my most favorite movie of all time? Some may find this movie a bore but I could watch it three times a day and still loving it, I've read the whole script and remember all the li...
"You treat me like shit and you can just sit around like that?" I made a sudden entrance to his open door, he looked at me, his face was sinless. "I'm what now?" He laughed a little. He took a newspaper from a seat next to him, gesturing me to sit there. I picked a one and only cigarette from my pocket, putting it into my mouth. "Lighter?" He offered me, and I nodded. He lit up my cigarette. I inhaled and exhaled the smoke, didn't even care how the smoke covering his face. I coughed, one smoke and it's already killing my lungs, I could feel it burning down my chest and I still didn't give a fuck. He needed a confrontation, my confrontation. "You have an asthma." He told me as if I don't know a thing about my own body and in other way telling me I'm a dumbhead. "You lit up my cigarette" I said that and smoke a couple more of my cigarette. And coughed a lot more, too. "I'm the bad guy now?" H...

Sebelas Hari Lagi dan Ikan Salmon

"...untuk melakukan pencapaian lebih, kita tak bisa hanya bertahan di tempat yang sama. Tidak ada kehidupan yang lebih baik yang bisa didapatkan tanpa melakukan perpindahan. Mau tidak mau, kita harus seperti ikan salmon. Tidak takut pindah dan berani berjuang untuk mewujudkan harapannya." -Raditya Dika, Manusia Setengah Salmon Ya, gue memang salah satu orang yang mengambil life lesson dari buku komedi nonfiksi, sekalipun penulisnya pernah mencoba ngilangin jerawat pake kolor bokapnya. Tapi justru disitu, komedi terutama yang nonfiksi, selalu berformat jujur, jadi no bullshit involved. H-11 . Gue bener-bener berharap gue bisa mengadaptasi kehidupan salmon. Lo tau gak kenapa salmon? Salmon itu ikan yang selalu bermigrasi tiap tahunnya, melawan arus sungai, ribuan kilometer jauhnya -untuk bertelur. Dan jangan kira salmon adalah binatang super, dalam proses kayak gitu banyak diantaranya yang mati, tapi seenggaknya semua ikan salmon berani take a leap of faith. Pokoknya har...

Triple Local Heroes

WHAT IS UP PEOPLE Beneran nanya. Akhir-akhir ini satu-satunya yang gue kenal lebih baik adalah langit-langit kamar gue. Tiap hari cuma tidur, solat, mandi, buka puasa, refresh timeline, refresh path, ngalor-ngidul di youtube, discovering bandcamp, BIRP, liat langit-langit, tua di jalan gara-gara macet parah tiap memenuhi undangan bukber, dan mengosongi dompet dengan acara bukber yang lama-lama harusnya namanya diganti "raping your own wallet in ramadhan bersama". Welcome to my miserable jomblo  life. Dan setai apapun rutinitas not-so-called liburan panjang ini, gue lebih baik tetap menatap langit-langit kamar sambil dengerin playlist menye-menye dan berharap waktu melambat daripada hidup gue di fastforward ke...The Day. It's H-16 to completely living on my own peeps wuddup! "Nggak posting tentang ketakutan H-16 tisy?" Ada waktunya kawan, ada waktunya. Jadi kalo males banget liat curhatan rutin gue tentang kehidupan, sebaiknya jangan buka blog gue dalam satu m...

Bandcamp Discoveries

 Just discovered some awesome new music on bandcamp's discover tab, check it out! Dances by Larrapin No Wonder I (single) by LAKE Grapell by Grapell Arbor Lights by Arbor Lights In The Future by Architecture in Helsinki Strange Range by The City and Horses Desire (願う) - R E M I X E S by spazzkid Nothing Lasts Long EP by Painted Palms

Album Reviews [Combo Pack]

I'm back on the deck, hurrah! I'm so missing myself writing a proper readable post, the less-curhat less-sok-poetic post, even 'tho I'm not sure people are even into my music shits...but it feels good to be back on the deck!(?) These are my reviews of not-so-new-released albums that I listen to (not so) recently, ujian and college stuffs really took that much of my time-_- I wish I can come out with fresh recommendations but this is just all I have, here it goes, enjoy! The Temper Trap -  Acoustic Sessions EP Sepertinya The Temper Trap berhasil menemukan formula untuk menelurkan album yang flawless dan sangat pas: make it an EP (nggak sesimpel single dan nggak sepanjang LP) consists of six acoustic version of their best songs, here's when things couldn't go wrong. Sewaktu jaman intensif Inten, kerjaan gue kalo di rumah emang suka curi-curi waktu buat hal nggak penting yang bahkan di waktu luang aja nggak pernah gue lakuin, kayak randomly buka iTunes dan me...

Alhamdulillah

Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar... Terimakasih Ya Allah Semoga nggak terdengar seperti bragging, karena emang ngga, gue bener-bener bersyukur banget sangat super (<-bukan kalimat efektif)... dan gue ngepost ini cuma mau merangkum perasaan gue dan serentetan makasih hehe. Hari ini adalah hari yang super duper panjang dan meresahkan, pala pusing berat pasca tes ugm kemaren 6,5 jam di depan AC, dan jatoh kejengkang di kamar mandi gara-gara diisengin si gendut. Karena parnoan, kewaswasan gue terakumulasi dari berbagai hal ga penting apalagi h-30 menit laptop gue sempet error, pokoknya gue ga berhenti berdoa kalo semua kesialan gue ngga ada hubungannya sama hasil sbmptn. Dan alhamdulillah ngga :D Gue nangis kejer, kata nyokap gue nangisnya kayak nangis sedih hahaha, am not. Jujur dari pasca sbmptn gue cuma berdoa dapet pilihan ketiga atau simak aja tapi ternyata dapet ini YaAllah indah banget, gimana gak nangis kejer? Sampe sekarang gue masih mikir, "Do ...

Yang Menunggu

"Kemarau pasti datang" Ia kedinginan, menggigil karena basah kuyup Juni hampir selesai Ia kedinginan, bersamaan dengan cabai layu yang gagal panen Sapardi bilang hujan yang turun bulan Juni hanya hujan rindu. Tapi bukan lagi rindu yang dibawa hujan deras yang turun dengan angkuh. Yang ada cahaya rindu kemarau, yang menyelipkan secercah sinar rindunya lewat sela-sela awan mendung Ia menyimpan harap, tiap kali cahaya itu berhasil terserap ke tulangnya yang kaku "Kemarau pasti datang." Ia berkata di sela-sela giginya yang bergemeratak Kemarau tidak mau ditunggu, tahun ini kemarau akan ingkar janji Ia menunggu, tidak risau badannya digerogoti hujan; yang ia butuhkan cuma menunggu Serta keadilan yang diputuskan oleh waktu Ia percaya setia akan menghadiahinya hangat tanpa akhir Kemarau bersikeras, tahun ini ia harus ingkar Juga tahun berikutnya Ketika waktunya penghujan -tanpa kemarau kunjung hadir Ia tidak akan marah Rindu dan harapnya habis ...
Siang ini saya membuang memori saya keluar jendela. Dibalik tembok kamar saya ini tidak ada tempat sampah maupun pemulung yang mau repot-repot membawa pergi, menanggung beban yang saya harap saya sendiri mampu memikul. Jadi begitulah, dibalik jendela berukuran sedang yang jernih ini, saya masih bisa melihat serpihan masa lalu maupun angan-angan yang saya bangun setengah mati itu, tergeletak begitu saja, menjadikannya memori-memori baru tentang memori itu sendiri. Jendela ini seakan seperti kaca yang membatasi objek museum, bedanya memori itu entah kenapa tidak mau berjejer rapi dan memilih berjubel, seakan tidak mau dipisahkan satu sama lainnya. Saya bisa saja menutup jendela saya dengan tirai, tapi lagi, saya akan tetap tau mereka menunggui saya di sana. Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Anthozoa, Robot, dan Korelasi Maksa

Heavy, heavy rain outside. Saya habis bales dendam tidur siang 4 jam, dan setelah lama-lama bengong sambil dengerin Bands Of Horses - The Funeral berulang-ulang akhirnya memutuskan lari ke sini, too much thoughts. Semua titik balik maupun titik awal hidup saya akan terjadi dua-tiga bulan dari sekarang, dan seperti seorang pecundang, tiap hari saya ketakutan. Malu-maluin. I've set my goals, okay, in fact there's five plans (plan A-E) I've written down, tapi peluangnya memang cuma sampe SIMAK UI. Semua orang bilang, percaya sama diri sendiri, tapi emang itu cukup? Kadang saya takut sebanyak apapun rencana itu adalah rencana-rencana yang salah, saya tau pada akhirnya Tuhan yang menentukan jalan hidup saya, tapi ketidaktauan tentang dimana diri saya nantinya dua bulan dari sekarang aja bikin (agak) frustrasi. Sebenernya sekarang bukannya saya mau ngeluh lagi tentang betapa susahnya tryout-tryout Inten dan gimana nama saya nggak kunjung naik ke seenggaknya tiga lembar pertama, y...

[Gig Review] Sigur Ros World Tour - Live in Jakarta

Peeps, sejujurnya saya nggak pernah tau saya bakal nulis postingan berjudul ini juga pada akhirnya. I've been a die hard Sigur Ros fan since I can remember, well actually it started in around 8th or 9th grade hahaha. Setelah berurai air mata dua hari gara-gara nggak dibolehin ngejar mereka ke Singapur bulan November kemaren dan sakit hati yang berkepanjangan, akhirnya kesabaran gue terbayar juga, they're fucking coming to Jakarta! KYA! MASIH PENGEN TERIAK. Jadi, kalo nggak salah nih, sejak Coachella kemaren Sigur Ros istirahat bentar kemudian mulai asian world tournya di Jakarta hihihi (gatau kenapa gue kasih endingan hihihi). Setelah TO TPA dan Kemampuan Dasar yang gue kerjakan dengan setengah kefokusan, akhirnya gue berangkat menuju syurgahh. Di Istora jam 5an gitu udah rame berat, emang seharusnya udah open gate dari jam 5 sih, cuma si Jonsi keasikan rehearse sampe jam 6-_- jam 7.30 baru open gate akhirnya. Dari jam 5an itu juga kami udah anteng ngantri sambil sayup-sayup k...

Coffee Shop

[Sorry for the grammar errors and everything, I don't do great in english I know, yet this flashfiction wud be too cheesy to be written in bahasa] "The coffee shop's being torn down." So my friend told me one afternoon. It tickled my heart a little, I don't even know why, maybe because I'm scared that the memories that we built back then are vanished as well. I've never told you this -even 'tho I could have, because I've never so sure of how that place meant for you, and how silly I might sound like. But you do remember it, don't you? A little coffee shop we used to hang...ngg once. The music wasn't so good, the coffee tasted too creamy, and the lonely place filled with only both of us. Ah, and don't forget the old barista, who happened to be the waitress and the cashier guy too, he seemed like a nice thoughtful guy don't you think? I fell in love with that place, to be honest, and don't ask why because I haven't figu...

Svo Hljótt (So Quiet)

Bahasa kesunyian, interpretasi rasa menjadi bahasa tanpa rambatan frekuensi gelombang suara. Meskipun hingar bingar dan kegegapgempitaan kota yang setia melatari kita, tapi lewat itu perasaan kita beresonansi, lewat kesederhanaan yang ditimbulkan sepi. Karena tak perlu kata, ketika kita saling menatap, dan ada janji yang mengikat dari percikan cahaya matamu. Tak usah juga lampu warna-warni yang menyirami jiwa kita dengan segudang omong kosong tentang masa depan dan kefuturistikan yang banal, ketika cahaya-cahaya monokromatik menyelimuti kita dengan kesederhanaan dan kedamaian tanpa sedu-sedan. Kamu bernyanyi pada satu purnama, membawakan kesunyian dengan begitu khidmat, yang bukannya sepi yang mencekik -tapi sepi yang tertuang harapan, yang seakan berbisik kepada hati. Kemudian ketika pada akhirnya nanti kita terjebak pada gonggongan dan ratapan yang disuguhkan realita, kamu berpesan, agar selalu mendengarkan pesan yang dilantunkan kesunyian. (Svo Hljótt adalah judul lagu Si...

Di Puncak Bukit yang Berduri

Udah sembilan hari tepatnya sejak hari terakhir gue pake seragam SMA, seharusnya kalimat ini bisa lebih dramatis dengan kata-kata "terakhir pake putih abu-abu" tapi sayangnya seragam terakhir yang gue pake adalah seragam batik biru dan rok putih -oke gapenting. Satu-satunya alasan gue belom meracau tentang nostalgia masa SMA setelah hari terakhir sekolah adalah karena, ya, it's too melancholic, too precious, too complicated to be turned into words. Damn. Oh, dan tentunya perasaan itu udah mulai reda setelah puncaknya adalah h-3 UN dan kemudian mesti fokus sama UN dan ljk abalannya jadi kesentimentalan yang meradang di sela-sela belajar tengah malam itu berangsur-angsur hilang. Biarpun gitu, kadang-kadang masih suka bengong dan bertanya-tanya, semuanya beneran udah kelar? (Bukan, bukan, kalo belajar, tryout, dan tes, jelas belum selesai). Waktu, sama sekali bukan hal yang kita punya secara pribadi, atau sesuatu yang dosis dan kecepatannya bisa kita tentukan seenak jidat....

[Gig Review] (A Half Look Through) Road to Big Sound Fest

Beberapa bulan lalu, masa-masanya Blur dan The Temper Trap confirmed buat Big Sound Fest, sempet simpang siur kabar kalo The Kooks juga bakal perform di Big Sound Fest, sampe jadi trending malah. Terus tiba-tiba SoundRhythm announce kalo taun ini The Kooks ngga bisa ikut meramaikan Big Sound...which bikin gue ngomel-ngomel gara-gara di PHPin :" Anyway, beberapa hari setelahnya, SoundRhythm announce lagi kalo ternyata The Kooks beneran ke Jekardah tapi di event yang namanya Road to Big Sound Fest ini. Ya meskipun agak disayangkan juga nggak digabung aja, karena kalo line-up Big Sound beneran ditambah The Kooks, jelas bakal jadi indie fest paling happening, ever! Jadi meskipun dari sejak di announce gue udah heboh-heboh, karena sibuk ujian-ujian dan lebih fokus sama Bloc dan Sigur Ros, akhirnya sempet lupa sama konser ini dan baru inget H-2 hahaha. Akhirnya pas hari H, gue dan Acid spontaneously dateng beli tiket ots dan baru sampe jam 8-an, karena kita emang cuma mau liat The Koo...

Batas dan Tanpa Batas

Kita manusia paling benci dikotak-kotakin, dihalangin sekat, ditahan sama label batas di sana sini. Pokoknya sekali ada batasan, pasti pengennya dilanggar, mulai dari sesepele bikin fake id biar lolos konser 18+ sampe hampir sinting bikin God particle padahal Tuhan udah bilang nggak boleh nyama-nyamain diri sama Tuhan. Tapi kita takut sama semua hal yang nggak berujung, cuma vampir dan orang gila yang mau immortal, dan jalan yang kita nggak tau ujungnya apa adalah mimpi buruk. Pernah ada temen yang cerita tentang mimpinya, di mimpi itu dia terbang, seakan-akan Newton selama ini salah kaprah tentang gravitasi, dan langit nggak ada ujungnya. Gue inget mimpi gue yang kurang lebih sama, bedanya gue jatuh, ke empty space yang sama aja nggak ada ujungnya, ngga ada batas. Untungnya dalam hal ini masih ada batas: realita. Sesungguhnya prolog dan judul postingan ini cuma tipu muslihat belaka, saudara-saudara. Pada akhirnya postingan ini akan bermuara pada topik kegalauan abg labil 2013: perub...

[Gig Review] Bloc Party Live in Jakarta 20.03.13

'Sup peeps! Jadi apa alasan gue bukannya lagi sibuk ngerjain soal-soal pra UN di sekolah atau bobo-bobo cantik di meja kelas sekarang dan malah nulis blog? It's #BlocPartyJkt! Bukan saking berdedikasinya gue terhadap mereka sampe bolos sekolah, tapi karena this krazy flu pasca basah kuyup kena ujan deres sebelum masuk venue. Haft jadi curhat. Setelah sekian lama nggak nonton konser apapun, terakhir James Morrison di Soulnation, akhirnya berita bahagia ini datang: Bloc Party is coming to town! H+1 hari terakhir UAS. Perfect timing, universe \m/ Meskipun bokap bawel banget sebelum dan sesudah tanggal 20, katanya, "Kamu anak kelas 3 paling nakal!" Nyahaha ^^v Oke kita mulai review benerannya. Berdasarkan jadwal via twitter @IsmayaLive open gate jam 6, opening act 7.30, Bloc Party jam 8.45. Karena berdasarkan kira-kira sotoy gue dan prediksi kalo Bloc Party ngga bakal rame-rame amat, jadi gue memutuskan berangkan jam 6an. Begitu sampe jam 7an, ujan turun lagi ...

Tentang Konspirasi Semesta (lagi)

Masih cinta pisang dan berbagai produk olahannya meskipun akhir-akhir ini membiarkan dua sisir pisang membusuk, masih takut ayam, masih mimpi bisa nerbitin buku, masih benci rokok dan bukan perokoknya, masih tergila-gila sama Coldplay, dan masih si gooey romantic yang memuja konspirasi semesta. Gue pernah berubah? Mungkin. Cuma orang lain yang bisa menilai kan? Lingkungan gue dan orang-orang di sekitar gue memang jelas berubah, in both good and bad way, tapi gue harap hal-hal yang mendasari diri gue ngga akan berubah. Because then, I won't recognize my own self anymore. Beberapa minggu lalu gue ikut psikotest sama Uti dan Arza, terus ada bagian dimana kita harus nulis minimal 20 pernyataan tentang diri kita di atas kertas burem. Oh tenang, gue nggak seaneh itu buat nulis "saya cinta pisang" di atas kertas psikotest gue kok, tapi gue beneran nulis hal-hal tentang mimpi gue dan juga konspirasi semesta hahaha. Arza sama Uti cuma ketawa-ketawa aja konspirasi semesta pake diba...

Lucid Dream

Aku tidak terlalu ingat tepatnya di mana, yang jelas atmosfernya sejuk, sejuk yang mengerikan, yang kesejukkannya seakan menusuk rusuk dan membuat bergidik. Cahayanya tidak terang, cenderung redup, namun cukup jelas untuk melihat matanya yang menatap sayu. "Would you," ia menghirup sisa-sisa oksigen dan keberanian yang tersisa di udara, "fall out of love?" Dia mati-matian tetap menatap tepat di kedua mataku, padahal aku tau butuh lebih dari keberanian untuk melontarkan kalimat itu setelah sedari tadi yang ia lakukan cuma diam, dan sibuk mencari entah apa pada dirinya sendiri. Pembenaran, mungkin. Detik itu jantungku melewatkan sekali denyutan. Entah kenapa dari dulu aku percaya kalau semesta telah mempersiapkan hari seperti ini, skenario terburuk dari mimpi terburuk sekalipun. Tetap saja, kata-kata itu seakan merusak sistem koordinasi sampai-sampai aku yakin sebentar lagi aku bisa terkena stroke ringan. Yang paling parah, rasanya seperti dihajar bertubi-tubi di bagi...

#flashfiction

"Who okayed this?" your nose wrinkled. My laughter burst as you protested against a trashy dubstep the radio just played. But you listened to it anyway, and complaining while the traffic light was still red. I laughed over the way you wrinkled your nose and frown like a grumpy little kid, in any second you would just gave me the stare and that smile that you've been holding will finally curved. There you go, smiling, and your laughter burst just as hard. There's these times when you'll never understand why I always laugh over how you frown. And those times when they'll never get it why you'll laugh right after I laugh at you about something irrelevant. The only thing we knew if we do so is just the way we instantly feel infinite....and lighten. We were never capable of knowing that life could be such a torment. Because we believe that every broken pieces are meant to be mend. There might be time when we'll cry or when the world is too chaotic, bu...

PTN, IPC, dan Mengisi "Pilihan Jurusan:..."

Gue yakin gue nggak akan lupa suatu kejadian kecil di pelajarannya Pak Edi waktu semester kemarin. Waktu itu lagi bahas suatu soal tentang sastra dan karena banyak yang salah, beliau memaklumi otak kami yang ke-ipa-an. "Lagian bapak berani jamin deh, satu delapan nih ya, atau minimal satu kelas ini aja deh, pasti ga ada yang cita-citanya jadi penulis kan?" Dan tanpa basa-basi gue tunjuk tangan, terus malu sendiri deh sama reflek alay gue wkwk. Kemudian beliau mulai agak takjub dan membahas ini di depan melas, oh and believe me I wasn't intend to caper that day hahaha seriously. Yang paling gue nggak akan lupa adalah waktu beliau bilang di akhir pelajaran,"Ya kalau emang minatnya di menulis, lanjutkan ya." *dengan tatapan kebapakan pak edi* Terus malu-malu najis deh gue. Gue ada dalam fase mencari jawaban. Semakin sering nanya orang, semakin bingung lah gue. Yaiyalah wong temen-temen gue juga lagi menghadapi masalah yang kurang lebih sama. So basically I got no o...