Skip to main content

Album Reviews [Combo Pack]

I'm back on the deck, hurrah!
I'm so missing myself writing a proper readable post, the less-curhat less-sok-poetic post, even 'tho I'm not sure people are even into my music shits...but it feels good to be back on the deck!(?)
These are my reviews of not-so-new-released albums that I listen to (not so) recently, ujian and college stuffs really took that much of my time-_- I wish I can come out with fresh recommendations but this is just all I have, here it goes, enjoy!

The Temper Trap -  Acoustic Sessions EP
Sepertinya The Temper Trap berhasil menemukan formula untuk menelurkan album yang flawless dan sangat pas: make it an EP (nggak sesimpel single dan nggak sepanjang LP) consists of six acoustic version of their best songs, here's when things couldn't go wrong.
Sewaktu jaman intensif Inten, kerjaan gue kalo di rumah emang suka curi-curi waktu buat hal nggak penting yang bahkan di waktu luang aja nggak pernah gue lakuin, kayak randomly buka iTunes dan menelusuri tab recommendations dari para recommendations itu sendiri (?) recommenception. Bertemulah gue dengan EP penuh kemesraan suara Dougie Mandagi ini dan langsung jatuh cinta lewat preview Love Lost. Dideskripsikan dalam kata sifat EP ini itu; manis, intim, dan painful.

Track List:
1. Need Your Love (2:52) 
2. Trembling Hands (4:43)
3. The Sea Calling (4:05)
4. Love Lost (3:40)
5. Science of Fear (3:57)
6. Fools (3:38)

Gue pribadi emang penggila acoustic session, makanya pas nemu album ini langsung kejang-kejang hehe. Bagi orang-orang yang protes sama warna album kedua The Temper Trap (self-titled 2012) yang lebih dancy dan rame, kayak lagu Need Your Love misalnya, di versi akustik ini jadi lebih intim dan lebih sampe pesannya -liriknya. Kalo di versi aslinya kesannya si Dougie lagi joget-joget bilang 'I need your love! I need your love!' dengan maksa, di versi akustiknya si Dougie jadi cowok unyu yang penuh kasih sayang. Lagu mereka yang udah perfecto seperti Love Lost juga nggak kehilangan 'seni'nya di album ini, meskipun jatohnya jadi galau berat, but that's just what acoustic all about. Kalo disuruh pilih mana best track, gue nggak bisa milih satu karena keenamnya beneran indah semua, tapi yang dibawakan paling baik dibanding original versionnya jatoh ke Need Your Love. Play this for your lullaby and feel the magic :D

She & Him - Volume 3
Ah, the dynamic quircky duo is back! Album pertama She & Him sejak my adorkable twin sister divorced with Ben Gibbard. And no, ini bukan album curhat pasca perceraian, ini album She & Him yang sangat easy-listening dan menyenangkan seperti biasa. Zooey seperti biasa juga, selalu berhasil menulis lagu-lagu indie-pop manis yang disambut baik juga oleh The Him, M. Ward. Buat para laki-laki, ati-ati aja abis dengerin full album ini jadi pengen keluar rumah pake sundress sambil makan es krim warna-warni dan jalan-jalan naik piaggio warna kuning. This album tastes like a yummy cupcake.
Entah gue yang emang mellow-dramatic-gooey-hopeless-romantic atau gimana, tapi dengerin album ini selalu menimbulkan mellow-dramatic-gooey-hopeless-romantic side of mine. Disamping keluar rumah pake sundress naik piaggio, album ini enaknya dinikmati sore hari + with that special someone + cute convos + susu pisang. Pecah. Uhm, and no, that imagination is my imagination only #loner.
Seperti yang sudah-sudah juga, album ini membuktikan gimana Zooey sangat nyaman being herself, aduh gitu deh maksudnya...when you wnat to describe her into songs, it will be her own songs. Men, this girl is so perfect...and no one can do it like Zooey do Zooey.
Recommended Tracks: I've Got Your Number Son, I Could've Been Your Girl, Baby, Sunday Girl

Triangle - The Triangle
Gue nggak tau ini album rilisan 2013 atau 2012 atau malah sebelumnya, yang jelas gue udah pernah denger salah satu tracknya, Moving On, di album kompilasi: Radio Killed The TV Stars juga lagu How Could You? di soundtrack Perahu Kertas. Maret kemarin (iya bukan kemarin, empat bulan yang lalu lebih tepatnya) gue berhasil membajak satu album dari penemuan CDnya di CD binder Tedo yang udah kayak katalog toko CD, then again, empat bulan setelahnya baru sempet ngereview. #HufTB4ng3dh. Udah lama nggak dengerin proper-indonesian-album since I can remember, sejak Maliq merilis Sriwedari dan memasukkan unsur dangdut dan I don't even know what to do with my life anymore. Album ini lumayan menjadi kelegaan tersendiri, termasuk albumnya Daryl Wezy dan album ke-3nya Adhitia Sofyan dan single barunya Sore (karena belom denger full album).
Inti dari album ini? Kesendirian dan nostalgia. Yaelah galau mulu hahaha, tapi tenang, sisi melankolis Triangle dikemas dalam alternative indie-rock yang nggak menye-menye. Ya...dari segi lirik emang menye-menye sih, tapi nggak terkesan jiji kok. Keseluruhan albumnya emang gloomy kecuali lagu Moving On yang lebih hopeful dan Last Days. Favorit gue saat ini adalah satu-satunya lagu berjudul dan berlirik Indonesia, Tentang Kita, yang menurut gue termasuk lagu paling intens. Album ini pasnya didengerin di calon kamar kosan, sendirian, Bandung lagi ujan, terus ngerjain tugas sambil nangis. Bottomline, this is a perfect companion to your loneliness.
Recommended Tracks: How Could You?, Tentang Kita, Shadow Fall, Tranquility of Solitude, Last Days, Should I

Albums you SHOULD listen without the need of my review: Sigur Ros- Kveikur, Daft Punk - Random Access Memory, Adhitia Sofyan - How To Stop Time
Songs you SHOULD listen that I haven't heard the whole album yet: Bloc Party - Ratchet (The Nextwave Sessions EP to be released), Arctic Monkeys - Do I Wanna Know?, Mikal Cronin - Weight 


Comments

Popular posts from this blog

Kenapa saya tidak boleh merasakan apa yang saya rasa Kenapa saya harus bungkam ketika kata memaksa untuk mengalir Kenapa saya harus memiliki keberterimaan yang tidak pernah mampir Kenapa saya harus ada ketika ingin tiada Kenapa saya Harus Kenapa

Svo Hljótt (So Quiet)

Bahasa kesunyian, interpretasi rasa menjadi bahasa tanpa rambatan frekuensi gelombang suara. Meskipun hingar bingar dan kegegapgempitaan kota yang setia melatari kita, tapi lewat itu perasaan kita beresonansi, lewat kesederhanaan yang ditimbulkan sepi. Karena tak perlu kata, ketika kita saling menatap, dan ada janji yang mengikat dari percikan cahaya matamu. Tak usah juga lampu warna-warni yang menyirami jiwa kita dengan segudang omong kosong tentang masa depan dan kefuturistikan yang banal, ketika cahaya-cahaya monokromatik menyelimuti kita dengan kesederhanaan dan kedamaian tanpa sedu-sedan. Kamu bernyanyi pada satu purnama, membawakan kesunyian dengan begitu khidmat, yang bukannya sepi yang mencekik -tapi sepi yang tertuang harapan, yang seakan berbisik kepada hati. Kemudian ketika pada akhirnya nanti kita terjebak pada gonggongan dan ratapan yang disuguhkan realita, kamu berpesan, agar selalu mendengarkan pesan yang dilantunkan kesunyian. (Svo Hljótt adalah judul lagu Si...
Siang ini saya membuang memori saya keluar jendela. Dibalik tembok kamar saya ini tidak ada tempat sampah maupun pemulung yang mau repot-repot membawa pergi, menanggung beban yang saya harap saya sendiri mampu memikul. Jadi begitulah, dibalik jendela berukuran sedang yang jernih ini, saya masih bisa melihat serpihan masa lalu maupun angan-angan yang saya bangun setengah mati itu, tergeletak begitu saja, menjadikannya memori-memori baru tentang memori itu sendiri. Jendela ini seakan seperti kaca yang membatasi objek museum, bedanya memori itu entah kenapa tidak mau berjejer rapi dan memilih berjubel, seakan tidak mau dipisahkan satu sama lainnya. Saya bisa saja menutup jendela saya dengan tirai, tapi lagi, saya akan tetap tau mereka menunggui saya di sana. Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Love Like a Sunset, Pt.II - Phoenix (Day 2 - Song with number on the title)

Salah satu lagu favorit gue sepanjang masa! Lagunya ngga sampe 2 menit karena lanjutan dari Love Like a Sunset, Pt.I yang lebih panjang. Ini kalo dibawain live kedua lagu tersebut indahnya ga karuan. Lebih suka part kedua karena membawakan emosi kelemahan gue, yang adalah acceptance . Musiknya melankolis dengan tetap terasa hopeful dan ga menye-menye. Pesannya juga sangat indah dan efektif disampikan dalam 1 menit 46 detik tersebut: [Verse 1] Acres A visible horizon Right where it starts and ends Oh, when did we start the end? [Verse 2] Acres A visible illusion Oh, where it starts, it ends Love like a sunset Di verse pertama, sunset diceritakan sebagai awal dari suatu akhir; alias lah kok tiba-tiba udah mau selesai hubungan ini?! Kemudian di verse kedua langsung masuk ke fase berterima, bahwa hal yang dimulai pasti akan berakhir juga. Bagi gue lagunya menggambarkan relationship / perasaan yang indah banget tapi cuma sebentar -dan masih indah until the very end. Jadi inget pernah dapet...

(Another) Year End Post

"Don't cry because it's over, smile because it happened." Bleh. That's probably one of the most over-tweeted cliche-teenage-phrase that I've ever read. Terlalu optimis kadang malah bikin segalanya terdengar lebih pathetic, be true sedikit lah, lo mau tersenyum atas berakhirnya hidup seseorang karena, "yaa untung lah dia pernah idup :)"? Oke terlalu ekstrim, but you got the point. 'Tho, too pesimistic isn't a good thing either. Solusinya? Ada yang bilang jangan selalu melihat ke belakang, tapi tetap aja -mengutip Sarah Deshita lewat omnibus Memoritmo-  what kind of heart doesn't look back ? That's super true. But in my own case people wud say to me, "what kind of person always looks back?!" Hahaha. Berhubung udah tanggal 30, just like what I always did, I decided to post some recount about what had been going on this past 11 months. Karena di akhir adalah waktu paling lazim dan normal untuk melihat ke belakang (alibi). T...

Triple Local Heroes

WHAT IS UP PEOPLE Beneran nanya. Akhir-akhir ini satu-satunya yang gue kenal lebih baik adalah langit-langit kamar gue. Tiap hari cuma tidur, solat, mandi, buka puasa, refresh timeline, refresh path, ngalor-ngidul di youtube, discovering bandcamp, BIRP, liat langit-langit, tua di jalan gara-gara macet parah tiap memenuhi undangan bukber, dan mengosongi dompet dengan acara bukber yang lama-lama harusnya namanya diganti "raping your own wallet in ramadhan bersama". Welcome to my miserable jomblo  life. Dan setai apapun rutinitas not-so-called liburan panjang ini, gue lebih baik tetap menatap langit-langit kamar sambil dengerin playlist menye-menye dan berharap waktu melambat daripada hidup gue di fastforward ke...The Day. It's H-16 to completely living on my own peeps wuddup! "Nggak posting tentang ketakutan H-16 tisy?" Ada waktunya kawan, ada waktunya. Jadi kalo males banget liat curhatan rutin gue tentang kehidupan, sebaiknya jangan buka blog gue dalam satu m...

That WTF Post

Besok travel paling pagi but now my eyes just won't close. I'm sleepy but not-so-sleepy to sleep and, as always, there's too many thoughts weighing my shoulder. I'm in a big crisis of trusting people. Lame. It's like my own life is bailing on me since I moved to Bandung... Nothing goes my way and people just won't stop jerking out. I know it all started from those broken promises back at my very first day in Bandung, then I learn to stop giving a fuck about it and start building trusts and hopes to new people and new life--but then it brought me here; to the even lower point of having faith on everything except God. I just want some normal life where I don't have to be surrounded with bunch of audhsjfnsdjgrjr. I'm tired, okay. I'm so furious I don't know where to invest this anger I just feel like Ii'm going to burst into tears but then it'll be too weird GAHHH WTF WORLD. This world is full of bullshit. And your shit. And yours and...

Somebody that I used to know?

God I can't imagine I just titled my blog post with that Gotye's punchline like some insecure adolescent on twitter that refers to their ex or sumthin. I don't even have an ex nor boyf. Okay so that's the difference. I can't believe myself that cliché phrase is somehow meant a thing to me. -_- Senin dua minggu lalu -jangan tanya kenapa gue sampe inget waktunya- abis capek-capek kejebak macet pulang dari inten dan buka di jalan, pas makan malem, kayak biasa keluarga gue yang cerewet ngobrol terusss. Dan seperti biasa juga topik nggak jauh-jauh dari temen-temen gue / kakak gue. Yang gak biasa? Hari itu nyokap nanyain sesuatu tentang temen lama, yang -for heaven's sake- gue gatau kabarnya sama sekali sekarang. Gue bete, karena pertanyaan nyokap simpel dan general, tapi gue nggak bisa jawab selain ngomong "tau deh." Kayak semacam abg labil gue minggat dari meja makan secara smooth, nggak lari dengan dramatis (padahal ga ada yang peduli juga tis). Abis so...

Bandcamp Discoveries

 Just discovered some awesome new music on bandcamp's discover tab, check it out! Dances by Larrapin No Wonder I (single) by LAKE Grapell by Grapell Arbor Lights by Arbor Lights In The Future by Architecture in Helsinki Strange Range by The City and Horses Desire (願う) - R E M I X E S by spazzkid Nothing Lasts Long EP by Painted Palms