Hai my non-existent readers!
Tanpa perlu mempermanis keadaan dan kalo boleh sedikit curcol, sebulan++ terakhir mental state gue sangatlah buruk (if not THE worst). Tahun 2019 adalah tahun pertama akhirnya bisa ngerasain adulthood dengan mental stability yang jauuuuh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, terus pas banget 2020 dateng dengan segala perpandemian ini dan pelan-pelan jatuh lagi deh hahaha. Jadi dengan mental resilience yang sangat tipis plus terjadinya sebuah unanticipated dramatic event, masuk lah kita ke dalam dark side.
Salah satu pertanyaan terbesar di masa-masa dark period ini adalah: what keeps me going?
Tahun kemarin masih bisa embracing konsep full WFH dan full di rumah, banyak banget mendalami hal-hal baru yang menyenangkan --perkopian (yang sangat banyak room to explore), mencoba semua non-dairy milk options, baking, Chloe Ting, indoor plants, renov kamar, upgrade sound equipments, ambil career-enhancing courses, interview kerjaan sana-sini, started and ended a new relationship, dan bahkan akhirnya ikut kelas Digital Music Producing (yang sangat life changing!). Terus di 2021 pelan-pelan mulai kehabisan ide kegiatan-kegiatan untuk coping dan mulai merasa stuck sama hobi-hobi yang sudah ada, yang sebenernya easily solved dengan mendalami Digital Music Producing tapi ga mampu beli license Ableton dan MIDI controller :( Jadilah hello darkness my old friend: kerja ogah-ogahan, mood swings, dan setiap bangun tidur langsung kecewa karena hidup segan mati tak mau. HAHA DARK POKOKNYA.
Karena sudah di-assess kalo masalah terbesarnya adalah: gue nih idup buat apaansih??? Tools untuk copingnya adalah sesimpel setting a life purpose. Berhubung "life purpose" terdengar terlalu overwhelming, kayaknya lebih mudah buat perencanaan jangka pendek aja dulu gitu. Tisya Panik Miranda langsung lah tanya ke banyak orang tentang ide-ide kegiatan di kala pandemi, tapi belum ada yang berhasil mengetuk hati gue / memiliki sustainability yang lebih dari satu hari.
Kemarin sempet diidein Rana buat main puzzle, dan belilah gue puzzle 1000pcs, dengan pattern yang sangat abstrak karena mikir the harder it is the longer it will lasts --tapi malah gak doable hahahahaha gagal total. Terus pagi ini rewel nanya-nanya Hasbi soal belajar bass dari nol karena lagi sering dengerin Thundercat dan bercita-cita sekeren beliau (Thundercat bukan Hasbi), tapi ternyata harga bass mahal (yaiyalah) dan berhubung track record gue untuk mempelajari sesuatu sangat buruk jadi merasa ga pantas keluar berjuta-juta beli bass.
Dalam keputusasaan, tiba-tiba muncul dorongan buat rutin nulis lagi. Awalnya urge ini gue deny mentah-mentah karena akhir-akhir ini setiap nyoba nulis pasti ujung-ujungnya nulis hal termehek-mehek terus. Tiba-tiba dapet wangsit lagi keinget Rana pernah ikut suatu 30 days song challenge, dan setelah berguru sama Rana, WOW sepertinya ini lah jawaban dari semua keresahanku!!! Membantu committing, membantu memiliki daily purpose, memiliki kedua elemen kesukaan gue pula -menulis dan meromantisasi suatu lagu. Definitely my kind of challenge. Yeay!
Jadi begitulah origin mengikuti 30 Days Writing Challenge - Song edition ini. Rulenya cuma dua: artisnya gaboleh ngulang, dan harus dipost sebelum 00.00 setiap harinya. Dimulai dari besok.
Semoga istiqomah yah!
Comments
Post a Comment