Skip to main content

[Gig Review] Sigur Ros World Tour - Live in Jakarta

Peeps, sejujurnya saya nggak pernah tau saya bakal nulis postingan berjudul ini juga pada akhirnya. I've been a die hard Sigur Ros fan since I can remember, well actually it started in around 8th or 9th grade hahaha. Setelah berurai air mata dua hari gara-gara nggak dibolehin ngejar mereka ke Singapur bulan November kemaren dan sakit hati yang berkepanjangan, akhirnya kesabaran gue terbayar juga, they're fucking coming to Jakarta! KYA! MASIH PENGEN TERIAK. Jadi, kalo nggak salah nih, sejak Coachella kemaren Sigur Ros istirahat bentar kemudian mulai asian world tournya di Jakarta hihihi (gatau kenapa gue kasih endingan hihihi).

Setelah TO TPA dan Kemampuan Dasar yang gue kerjakan dengan setengah kefokusan, akhirnya gue berangkat menuju syurgahh. Di Istora jam 5an gitu udah rame berat, emang seharusnya udah open gate dari jam 5 sih, cuma si Jonsi keasikan rehearse sampe jam 6-_- jam 7.30 baru open gate akhirnya. Dari jam 5an itu juga kami udah anteng ngantri sambil sayup-sayup kedengeran suaranya Jonsi, yang dari luar aja udah bikin merinding. Ohiya gue nontonnya sama my bff Giga (iya doi maksa nampang di postingan ini), dan teman-teman labsky-nya yang hipster abis: Cica, Ines, Vadilla, Astari, dan Gilfar. Dan mereka awesome.


Begitu masuk ke venue, panggungnya di tutup tirai putih yang nuansanya kayak mau nonton teater. Surprisingly, itu festival dan tribune bener-bener penuh. Sekitar jam 9an akhirnya lampu dimatiin dan dibalik tirai itu nyala berbagai warna lampu dan ada proyeksi bernuansa album Kveikur di situ, di tirai itu juga kita bisa ngeliat siluet Goggi, Jonsi, dan Orri, juga dibagian paling terangnya keliatan sosok asli mereka dibalik tirai tipis itu -tapi Orri keliatan drumsetnya doang. Cuma satu yang bisa gue ekspresikan: histeris. DemiAllah itu openingnya aja udah epic banget, padahal gue gatau itu lagu apaan (judulnya 
Yfirboð, from their upcoming album). Abis itu mereka bawain Ny Battri, masih di balik tirai, dan gue baru sadar konsep ini sebelumnya ada di concert album mereka, Inni.

Gue lupa ditengah-tengah Ny Batteri atau setelahnya, tirai putih itu akhirnya diturunin. Lagi-lagi gue histeris -dan seluruh crowdnya juga. Baru keliatan backing vocals, strings, piano, dan tiang-tiang berbohlam yang menghiasi panggung. Di belakang panggung ada layar yang nampilin video abstrak sesuai mood lagu, dan waktu Varuð nampilin music video dari Valtari Film Experiment. Lagu pertama tanpa tirai adalah Vaka, yang bikin hati gue rasanya terenyuh banget, disponsori oleh segala keajaiban sound dan dominasi lampu merah di atas panggung, khidmat banget. Begitu seterusnya penonton tetep dibiarkan tercengang dan terbuai secara bersamaan di lagu-lagu berikutnya: Hrafntinna, Sæglòpur, Svefn-g-englar, dan Varúð. Untuk gue pribadi yang momennya paling-paling superduper itu pas Svefn-g-englar, simply karena itu lagu paling sentimentil dan paling favorit bagi gue, mau nangis tapi terlalu bahagia, jiwa gue semacam kayak diangkat tau gak. OMG nulisnya sekarang malah bikin berkaca-kaca. Indah banget woy. WOY. woi.

Selanjutnya apa guys?? It's fucking Hopippolla and Með Bloðnasir. GRUOOO. Saya bener-bener nggak nyangka bisa nyaksiin dua lagu ajaib ini dengan mata kepala saya sendiri. Sewaktu Hopippolla penonton sing-along -entah dengan bahasa bener atau asal yang jelas kompak hahaha. Sebagai fans teladan, sebagian dari kita ngerti banget setelah Hopippolla pasti Með Bloðnasir, jadi di ending Hopippolla kita bikin kur "uuuu uuuu uuu uuuu" sampe Jonsi mukanya hepi bener, dan bener aja akhirnya mereka mulai bawain Með Bloðnasir dan ber"uuuu uuu uuu" nyatu bareng kita. Subhanallah banget lah itu momennya. We're awesome guys. Selanjutnya di Olsen Olsen juga gitu, kita bikin kur niruin suara flute (atau apapun itu) dan lagi-lagi Jonsi keliatan seneng banget.

Lagu berikutnya Kveikur, Festival, dan Brennisteinn. Jujur sebelumnya gue takut sama lagu Brennisteinn karena videonya serem, tapi kemarin akhirnya jatuh cinta juga, karena mereka bawainnya bener-bener dengan awesome dan visualisasi yang superdupermega awesome juga, lightingnya termasuk yang paling keren sih bagi gue. Abis Brennisteinn mereka turun panggung sebentar, dan kembali lagi dengan Glòsòli dan Popplagið sebagai encore dan dua lagu terakhir mereka. Komen gue masih sama buat semua lagu: indah, magical, dan bikin pengen nangis.

Perlu digaris bawahi kalo lighting dan segala visualisasinya bener-bener gila, bener-bener dream-like, gue sampe bingung mau deskripsiinnya gimana... Dan audionya juga sama sekali ga mengecewakan, sepanjang konser gue bener-bener merinding dan mau nangis tapi cuma bisa senyum saking bahagianya. Best concert experience I've ever had, mungkin bahkan nggak ada yang bisa ngalahin keindahan mereka, kalo yang lebih seru mungkin banyak (bagi gue Bloc Party lebih seru), tapi buat ngehasilin konser yang sebegitu indah dan syahdu gue rasa cuma Sigur Ros yang punya formula musik dan visualisasinya. Dari konser ini kebukti banget kalo music knows no language, terserah doi mau nyanyi bahasa Islandia kek, pake bahasa Hopelandic karangan mereka kek, kita tetep nyatu -bahkan niruin suara flute pun jadi.

Buat yang nggak nonton Sigur Ros kemarin, gue doain kalian panjang umur terus nonton deh suatu saat nanti, ntar kalian nyesel kalo mati sebelum nonton mereka hehehe :)





Comments

Popular posts from this blog

Kenapa saya tidak boleh merasakan apa yang saya rasa Kenapa saya harus bungkam ketika kata memaksa untuk mengalir Kenapa saya harus memiliki keberterimaan yang tidak pernah mampir Kenapa saya harus ada ketika ingin tiada Kenapa saya Harus Kenapa

Svo Hljótt (So Quiet)

Bahasa kesunyian, interpretasi rasa menjadi bahasa tanpa rambatan frekuensi gelombang suara. Meskipun hingar bingar dan kegegapgempitaan kota yang setia melatari kita, tapi lewat itu perasaan kita beresonansi, lewat kesederhanaan yang ditimbulkan sepi. Karena tak perlu kata, ketika kita saling menatap, dan ada janji yang mengikat dari percikan cahaya matamu. Tak usah juga lampu warna-warni yang menyirami jiwa kita dengan segudang omong kosong tentang masa depan dan kefuturistikan yang banal, ketika cahaya-cahaya monokromatik menyelimuti kita dengan kesederhanaan dan kedamaian tanpa sedu-sedan. Kamu bernyanyi pada satu purnama, membawakan kesunyian dengan begitu khidmat, yang bukannya sepi yang mencekik -tapi sepi yang tertuang harapan, yang seakan berbisik kepada hati. Kemudian ketika pada akhirnya nanti kita terjebak pada gonggongan dan ratapan yang disuguhkan realita, kamu berpesan, agar selalu mendengarkan pesan yang dilantunkan kesunyian. (Svo Hljótt adalah judul lagu Si...
Siang ini saya membuang memori saya keluar jendela. Dibalik tembok kamar saya ini tidak ada tempat sampah maupun pemulung yang mau repot-repot membawa pergi, menanggung beban yang saya harap saya sendiri mampu memikul. Jadi begitulah, dibalik jendela berukuran sedang yang jernih ini, saya masih bisa melihat serpihan masa lalu maupun angan-angan yang saya bangun setengah mati itu, tergeletak begitu saja, menjadikannya memori-memori baru tentang memori itu sendiri. Jendela ini seakan seperti kaca yang membatasi objek museum, bedanya memori itu entah kenapa tidak mau berjejer rapi dan memilih berjubel, seakan tidak mau dipisahkan satu sama lainnya. Saya bisa saja menutup jendela saya dengan tirai, tapi lagi, saya akan tetap tau mereka menunggui saya di sana. Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Love Like a Sunset, Pt.II - Phoenix (Day 2 - Song with number on the title)

Salah satu lagu favorit gue sepanjang masa! Lagunya ngga sampe 2 menit karena lanjutan dari Love Like a Sunset, Pt.I yang lebih panjang. Ini kalo dibawain live kedua lagu tersebut indahnya ga karuan. Lebih suka part kedua karena membawakan emosi kelemahan gue, yang adalah acceptance . Musiknya melankolis dengan tetap terasa hopeful dan ga menye-menye. Pesannya juga sangat indah dan efektif disampikan dalam 1 menit 46 detik tersebut: [Verse 1] Acres A visible horizon Right where it starts and ends Oh, when did we start the end? [Verse 2] Acres A visible illusion Oh, where it starts, it ends Love like a sunset Di verse pertama, sunset diceritakan sebagai awal dari suatu akhir; alias lah kok tiba-tiba udah mau selesai hubungan ini?! Kemudian di verse kedua langsung masuk ke fase berterima, bahwa hal yang dimulai pasti akan berakhir juga. Bagi gue lagunya menggambarkan relationship / perasaan yang indah banget tapi cuma sebentar -dan masih indah until the very end. Jadi inget pernah dapet...

(Another) Year End Post

"Don't cry because it's over, smile because it happened." Bleh. That's probably one of the most over-tweeted cliche-teenage-phrase that I've ever read. Terlalu optimis kadang malah bikin segalanya terdengar lebih pathetic, be true sedikit lah, lo mau tersenyum atas berakhirnya hidup seseorang karena, "yaa untung lah dia pernah idup :)"? Oke terlalu ekstrim, but you got the point. 'Tho, too pesimistic isn't a good thing either. Solusinya? Ada yang bilang jangan selalu melihat ke belakang, tapi tetap aja -mengutip Sarah Deshita lewat omnibus Memoritmo-  what kind of heart doesn't look back ? That's super true. But in my own case people wud say to me, "what kind of person always looks back?!" Hahaha. Berhubung udah tanggal 30, just like what I always did, I decided to post some recount about what had been going on this past 11 months. Karena di akhir adalah waktu paling lazim dan normal untuk melihat ke belakang (alibi). T...

Triple Local Heroes

WHAT IS UP PEOPLE Beneran nanya. Akhir-akhir ini satu-satunya yang gue kenal lebih baik adalah langit-langit kamar gue. Tiap hari cuma tidur, solat, mandi, buka puasa, refresh timeline, refresh path, ngalor-ngidul di youtube, discovering bandcamp, BIRP, liat langit-langit, tua di jalan gara-gara macet parah tiap memenuhi undangan bukber, dan mengosongi dompet dengan acara bukber yang lama-lama harusnya namanya diganti "raping your own wallet in ramadhan bersama". Welcome to my miserable jomblo  life. Dan setai apapun rutinitas not-so-called liburan panjang ini, gue lebih baik tetap menatap langit-langit kamar sambil dengerin playlist menye-menye dan berharap waktu melambat daripada hidup gue di fastforward ke...The Day. It's H-16 to completely living on my own peeps wuddup! "Nggak posting tentang ketakutan H-16 tisy?" Ada waktunya kawan, ada waktunya. Jadi kalo males banget liat curhatan rutin gue tentang kehidupan, sebaiknya jangan buka blog gue dalam satu m...

That WTF Post

Besok travel paling pagi but now my eyes just won't close. I'm sleepy but not-so-sleepy to sleep and, as always, there's too many thoughts weighing my shoulder. I'm in a big crisis of trusting people. Lame. It's like my own life is bailing on me since I moved to Bandung... Nothing goes my way and people just won't stop jerking out. I know it all started from those broken promises back at my very first day in Bandung, then I learn to stop giving a fuck about it and start building trusts and hopes to new people and new life--but then it brought me here; to the even lower point of having faith on everything except God. I just want some normal life where I don't have to be surrounded with bunch of audhsjfnsdjgrjr. I'm tired, okay. I'm so furious I don't know where to invest this anger I just feel like Ii'm going to burst into tears but then it'll be too weird GAHHH WTF WORLD. This world is full of bullshit. And your shit. And yours and...

Somebody that I used to know?

God I can't imagine I just titled my blog post with that Gotye's punchline like some insecure adolescent on twitter that refers to their ex or sumthin. I don't even have an ex nor boyf. Okay so that's the difference. I can't believe myself that cliché phrase is somehow meant a thing to me. -_- Senin dua minggu lalu -jangan tanya kenapa gue sampe inget waktunya- abis capek-capek kejebak macet pulang dari inten dan buka di jalan, pas makan malem, kayak biasa keluarga gue yang cerewet ngobrol terusss. Dan seperti biasa juga topik nggak jauh-jauh dari temen-temen gue / kakak gue. Yang gak biasa? Hari itu nyokap nanyain sesuatu tentang temen lama, yang -for heaven's sake- gue gatau kabarnya sama sekali sekarang. Gue bete, karena pertanyaan nyokap simpel dan general, tapi gue nggak bisa jawab selain ngomong "tau deh." Kayak semacam abg labil gue minggat dari meja makan secara smooth, nggak lari dengan dramatis (padahal ga ada yang peduli juga tis). Abis so...

Album Reviews [Combo Pack]

I'm back on the deck, hurrah! I'm so missing myself writing a proper readable post, the less-curhat less-sok-poetic post, even 'tho I'm not sure people are even into my music shits...but it feels good to be back on the deck!(?) These are my reviews of not-so-new-released albums that I listen to (not so) recently, ujian and college stuffs really took that much of my time-_- I wish I can come out with fresh recommendations but this is just all I have, here it goes, enjoy! The Temper Trap -  Acoustic Sessions EP Sepertinya The Temper Trap berhasil menemukan formula untuk menelurkan album yang flawless dan sangat pas: make it an EP (nggak sesimpel single dan nggak sepanjang LP) consists of six acoustic version of their best songs, here's when things couldn't go wrong. Sewaktu jaman intensif Inten, kerjaan gue kalo di rumah emang suka curi-curi waktu buat hal nggak penting yang bahkan di waktu luang aja nggak pernah gue lakuin, kayak randomly buka iTunes dan me...

Bandcamp Discoveries

 Just discovered some awesome new music on bandcamp's discover tab, check it out! Dances by Larrapin No Wonder I (single) by LAKE Grapell by Grapell Arbor Lights by Arbor Lights In The Future by Architecture in Helsinki Strange Range by The City and Horses Desire (願う) - R E M I X E S by spazzkid Nothing Lasts Long EP by Painted Palms