Skip to main content

[Gig Review] Bloc Party Live in Jakarta 20.03.13

'Sup peeps! Jadi apa alasan gue bukannya lagi sibuk ngerjain soal-soal pra UN di sekolah atau bobo-bobo cantik di meja kelas sekarang dan malah nulis blog? It's #BlocPartyJkt! Bukan saking berdedikasinya gue terhadap mereka sampe bolos sekolah, tapi karena this krazy flu pasca basah kuyup kena ujan deres sebelum masuk venue. Haft jadi curhat.

Setelah sekian lama nggak nonton konser apapun, terakhir James Morrison di Soulnation, akhirnya berita bahagia ini datang: Bloc Party is coming to town! H+1 hari terakhir UAS. Perfect timing, universe \m/ Meskipun bokap bawel banget sebelum dan sesudah tanggal 20, katanya, "Kamu anak kelas 3 paling nakal!" Nyahaha ^^v

Oke kita mulai review benerannya.

Berdasarkan jadwal via twitter @IsmayaLive open gate jam 6, opening act 7.30, Bloc Party jam 8.45. Karena berdasarkan kira-kira sotoy gue dan prediksi kalo Bloc Party ngga bakal rame-rame amat, jadi gue memutuskan berangkan jam 6an. Begitu sampe jam 7an, ujan turun lagi deres-deresnya, gak bawa payung, dan dengan nelangsanya basah kuyup jalan ke ticket box. Yang lumayan ngegondokin adalah, kurangnya sesimpel directions masuk lewat mana, venue-nya di sebelah mana, bahkan abis lolos dari ticketing mas-masnya ngga ngasih tau selanjutnya ke venue lewat mana. Mending kalo keliatan jelas gitu gede-gede tulisan atau tendanya, lah ini udah di samping, di bawah pu-un gede, misterius abis. I've been to several concerts before dan dengan menyesal mengatakan kalo Ismaya payah dalam hal ini.

Tanpa perlu kaget, segala hal yang diselenggarakan Indonesia pasti mengacu pada jam karet. Opening act mulai jam 8.30 . Entah ini akal bulus The Adams biar bisa nyanyi Konservatif pas jam 9 malam ("Dan kini sudah gelas ketiga, jam sembilan malam aku pulang~") atau nunggu venue rame karena orang-orang kejebak macet. Overall, The Adams berhasil memanaskan penonton dengan cukup keren, meskipun gue cuma bisa singalong pas Hanya Kau dan Konservatif. Jam 9 lewat mereka  selesai perform, kalo kata The Adams sih waktunya nungguin Bloc Party buat closing konser mereka hahaha.

Unexpectedly setelah itu kita harus nunggu lumayan super lama lagi ngeliatin bule-bule gempal paruh baya sibuk nyiapin sound segala macem, ditemenin DJ, yang saking lamanya gue ragu gue lagi nungguin Bloc Party apa lagi nyasar di some club. Oke lebay. Ohiya btw gue dapet (hampir) paling depan, second row tepatnya, sayap kanan panggung bagiannya si Gordon Moakes. Konsekuensi 18+ event yang harus gue hadapin adalah: asap rokok. Bete gak lu nonton konser sebelah lu ngebul-ngebul, cowo gondrong lagi, pen gue botakin.

Akhirnya jam 10an panggungnya clear, DJnya minggat, and the crowd began to shout in excitement. Strobe lighting warna biru yang epic started to kick in bersamaan dengan keempat makhluk yang ditunggu-tunggu itu muncul. AW AND MATT WAS TOPLESS AS USUAL AND CUMA PAKE BOXER. Ngga boxer sih apapun itu pendek banget lah celananya, rasa-rasanya pengen bilang "Just take off that pants already Matt." Hahaha jk. As So He Begins To Lie's intro kicked in, I knew all the rains and the waits will be paid off. Awesome opening, as seen in Youtube :') bedanya ini real. Eh lagi seru-serunya tiba-tiba ada yang ngelempar kaleng bir, entah setan mana itu.

Yang selalu gue cinta dari Bloc Party adalah they're best both in upbeat and down beat songs, genius bastards. Abis So He Begins To Lie, mereka bawain Trojan Horse, Hunting For Witches, dan Positive Tension. Semuanya seru :') Abis itu Kele akhirnya bilang "So the next song is a lil bit different, it's about, a true love," dengan aksen britishnya yang somehow aneh. Kita dibawa ke sisi down beat mereka yang manis dengan lagu Real Talk. Abis Real Talk, mereka bawain salah satu lagu yang gue tunggu-tunggu: Waiting For the 7.18, I was so histerical as Moakes play the Xylophones atau apapun itu, aduh ngingetnya aja masih merinding. Ah cinta banget lah sama Bloc Parteh. A moment there, I gave myself a brief moment to shut my eyes and stopped the sing-along, listening to their epic instruments and the details of how the crowd surroundings sings without disracted by those lightings, it was so magical...merinding seada-adanya deh. Kalo kata Charlie, I feel infinite banget lah. Salah satu momen dalam hidup yang ingin gue crystallized, not a picture or a video could capture that moment.

Abis itu penonton dibawa 'naik' lagi lewat Song For Clay, dan berikutnya, Banquet! One of those songs yang paling asik di sing-along-in. Kalo ada satu di lautan manusia itu yang ngga apal lagu ini berarti dapet tiketnya gratisan dan tiketnya ngga laku sama calo (?) Aduh seru banget deh. Semuanya seru sih sebenernya (apaansi tis). Abis itu Coliseum! Yang gue tunggu-tunggu juga bagian "Pain is hopeful! Pain is holy! Pain is healthy! Pain heaaaaals!" Pecah sobbb. Matt and JRuss stole the show tapi sayangnya Russel nun jauh di mato. Setelah itu cool down dikit sama lagu Day Four yang sebelum nyanyiin Kele bilang lagi "this song is a lil bit different". Abis Day Four, mereka bawain One More Chance yang gatau kenapa bikin gemes sama Kele (okay I know kalian bingung di sebelah mananya Kele yang bisa digemesin). Abis One More Change, strobe lightingnya makin menjadi-jadi dan ada suara sirens, a great intro for Octopus. Kalo gasalah inget sih pas Octopus lightingnya paling gokil. Abis itu We're Not Good People (oooo ouoooo ooooo!), dan dengan seenaknya mereka berempat walk off the stage sesudah itu.

Sebagai crowd yang teladan, meskipun kita ngerti mereka lagi ngetroll, kita tetep tereak-tereak "we want more" dan "encore" dan lain lain. Bule-bule gempal yang tadi muncul lagi nyetam-nyetem ngenganti instrumennya J_Russ sama Moakes. Akhirnya mereka muncul lagi dan membuka encore pertama dengan Kreuzberg yang juga berasa magicalnya. Abis itu crowd dibawa headbanging lagi lewat Ares. Abis Ares selesai Kele ngomong lagi "So the next song is, it's from 8 years ago..." dan apa itu sodara-sodara? *drumroll* It's fricking This Modern Love! Kyaaaa <3 Lagu yang dari dulu dirasa-rasa paling sweet setelah So Here We Are meskipun liriknya bilang "This modern love, breaks me." Gila lah kesampean juga liat This Modern Love live gitu bro, aduh kalo lagi PMS bisa-bisa gue menitikkan air mata terharu tuh. Frikin beautiful :")

Abis itu Kele berinteraksi lagi sama penonton dan minta kita lebih semangat dan lebih gila lagi. Kita disuruh clapping sesuai ritmenya si kele tapi tiba-tiba yang keluar dari mulut kele....."Yellow diamonds in the light..." another classic troll kayak di Pukkelpop hahaha yang menandai lagu berikutnya berarti Flux. Ohiya di Flux juga lightingnya segila Octopus. Abis Flux mereka walk off stage lagi /-_-/ Jadi kita mulai teriak-teriak lagi deh.

Mereka balik lagi ke stage dalam beberapa menit, 2nd Encore dimulai sama Like Eating Glass. Dan surprisingly setelah Like Eating Glass, mereka bawain Sunday! Setelah mengusut dari berbagai pihak, Like Eating Glass dan Sunday ngga ada di setlist, dan Sunday juga cuma dibawain di Jakarta dan Sidney. Gila kan? Earlier that day, one of my senior dapet meet&greet (yeah, damn lucky), dan request Sunday ke si Kele, anjrit gak tuh langsung dibawain aja gitu di atas panggung padahal ga ada di setlist ckckck makin cintah sama om kele deh, meskipun harus ngegantiin Truth yang sebenernya sudah saya tunggu-tunggu tapi yasudahlah Sunday lebih langka and we're damn lucky fans, Jakarta :"D Abis itu Helicopter, yang sama saja menandai kita ada di puncak malam ini, predictably lagu terakhir... But it's super dope 'tho meskipun sedih pas lagunya selesai berarti semuanya selesai, yaiyalah udah 20 lagu juga. Incredible closing for one hell of a show. WE HAD SO MUCH FUN!

Besoknya gue ngesearch #BlocPartyJKT di twitter dan melihat positive review orang-orang, Tapi gue menemukan kisah menjengkelkan seorang penonton yang katanya sangat terganggu dengan keberadaan sekelompok bule brutal di front row. Sekelompok bule yang sama yang ngelemparin bir ke front row di awal  show itu. Kabarnya mereka ngelempar gak cuma satu kaleng, dan juga ngedorong dan ngebody orang-orang disekitarnya termasuk cewe-cewe. Ada satu diantara mereka yang dengan kurang ajarnya showing his pxxxs ditengah-tengah crowd ckckck untung gue ngga kena, padahal katanya kericuhan ini ada di front row, gatau sih sebelah mananya gue.

Sadly, postingan ini tidak didukung dengan foto apapun karena saya benar-benar kelupaan foto apapun saking excitednya mungkin. Atau simply karena saya bodoh. Temen-temen dan kakak gue aja sampe ngga percaya gue nonton gara-gara ngga ada buktinya-_- whatever, I recorded them in my memory dan ada video Waiting For the 7.18 kok di iPod (brb aplot ke Path).

Intinya Rabu malam kemarin adalah salah satu pengalaman nonton konser yang sangat menyenangkan meskipun masih ada beberapa yang kurang. Awesome setlist, awesome lighting, and awesome performance. Thank you Kele, Matt <3, Russel, and Gordon Moakes! Thanks to Ismaya and my great companion(s) too! Awesum!

Comments

Popular posts from this blog

Kenapa saya tidak boleh merasakan apa yang saya rasa Kenapa saya harus bungkam ketika kata memaksa untuk mengalir Kenapa saya harus memiliki keberterimaan yang tidak pernah mampir Kenapa saya harus ada ketika ingin tiada Kenapa saya Harus Kenapa

Svo Hljótt (So Quiet)

Bahasa kesunyian, interpretasi rasa menjadi bahasa tanpa rambatan frekuensi gelombang suara. Meskipun hingar bingar dan kegegapgempitaan kota yang setia melatari kita, tapi lewat itu perasaan kita beresonansi, lewat kesederhanaan yang ditimbulkan sepi. Karena tak perlu kata, ketika kita saling menatap, dan ada janji yang mengikat dari percikan cahaya matamu. Tak usah juga lampu warna-warni yang menyirami jiwa kita dengan segudang omong kosong tentang masa depan dan kefuturistikan yang banal, ketika cahaya-cahaya monokromatik menyelimuti kita dengan kesederhanaan dan kedamaian tanpa sedu-sedan. Kamu bernyanyi pada satu purnama, membawakan kesunyian dengan begitu khidmat, yang bukannya sepi yang mencekik -tapi sepi yang tertuang harapan, yang seakan berbisik kepada hati. Kemudian ketika pada akhirnya nanti kita terjebak pada gonggongan dan ratapan yang disuguhkan realita, kamu berpesan, agar selalu mendengarkan pesan yang dilantunkan kesunyian. (Svo Hljótt adalah judul lagu Si...
Siang ini saya membuang memori saya keluar jendela. Dibalik tembok kamar saya ini tidak ada tempat sampah maupun pemulung yang mau repot-repot membawa pergi, menanggung beban yang saya harap saya sendiri mampu memikul. Jadi begitulah, dibalik jendela berukuran sedang yang jernih ini, saya masih bisa melihat serpihan masa lalu maupun angan-angan yang saya bangun setengah mati itu, tergeletak begitu saja, menjadikannya memori-memori baru tentang memori itu sendiri. Jendela ini seakan seperti kaca yang membatasi objek museum, bedanya memori itu entah kenapa tidak mau berjejer rapi dan memilih berjubel, seakan tidak mau dipisahkan satu sama lainnya. Saya bisa saja menutup jendela saya dengan tirai, tapi lagi, saya akan tetap tau mereka menunggui saya di sana. Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Love Like a Sunset, Pt.II - Phoenix (Day 2 - Song with number on the title)

Salah satu lagu favorit gue sepanjang masa! Lagunya ngga sampe 2 menit karena lanjutan dari Love Like a Sunset, Pt.I yang lebih panjang. Ini kalo dibawain live kedua lagu tersebut indahnya ga karuan. Lebih suka part kedua karena membawakan emosi kelemahan gue, yang adalah acceptance . Musiknya melankolis dengan tetap terasa hopeful dan ga menye-menye. Pesannya juga sangat indah dan efektif disampikan dalam 1 menit 46 detik tersebut: [Verse 1] Acres A visible horizon Right where it starts and ends Oh, when did we start the end? [Verse 2] Acres A visible illusion Oh, where it starts, it ends Love like a sunset Di verse pertama, sunset diceritakan sebagai awal dari suatu akhir; alias lah kok tiba-tiba udah mau selesai hubungan ini?! Kemudian di verse kedua langsung masuk ke fase berterima, bahwa hal yang dimulai pasti akan berakhir juga. Bagi gue lagunya menggambarkan relationship / perasaan yang indah banget tapi cuma sebentar -dan masih indah until the very end. Jadi inget pernah dapet...

(Another) Year End Post

"Don't cry because it's over, smile because it happened." Bleh. That's probably one of the most over-tweeted cliche-teenage-phrase that I've ever read. Terlalu optimis kadang malah bikin segalanya terdengar lebih pathetic, be true sedikit lah, lo mau tersenyum atas berakhirnya hidup seseorang karena, "yaa untung lah dia pernah idup :)"? Oke terlalu ekstrim, but you got the point. 'Tho, too pesimistic isn't a good thing either. Solusinya? Ada yang bilang jangan selalu melihat ke belakang, tapi tetap aja -mengutip Sarah Deshita lewat omnibus Memoritmo-  what kind of heart doesn't look back ? That's super true. But in my own case people wud say to me, "what kind of person always looks back?!" Hahaha. Berhubung udah tanggal 30, just like what I always did, I decided to post some recount about what had been going on this past 11 months. Karena di akhir adalah waktu paling lazim dan normal untuk melihat ke belakang (alibi). T...

Triple Local Heroes

WHAT IS UP PEOPLE Beneran nanya. Akhir-akhir ini satu-satunya yang gue kenal lebih baik adalah langit-langit kamar gue. Tiap hari cuma tidur, solat, mandi, buka puasa, refresh timeline, refresh path, ngalor-ngidul di youtube, discovering bandcamp, BIRP, liat langit-langit, tua di jalan gara-gara macet parah tiap memenuhi undangan bukber, dan mengosongi dompet dengan acara bukber yang lama-lama harusnya namanya diganti "raping your own wallet in ramadhan bersama". Welcome to my miserable jomblo  life. Dan setai apapun rutinitas not-so-called liburan panjang ini, gue lebih baik tetap menatap langit-langit kamar sambil dengerin playlist menye-menye dan berharap waktu melambat daripada hidup gue di fastforward ke...The Day. It's H-16 to completely living on my own peeps wuddup! "Nggak posting tentang ketakutan H-16 tisy?" Ada waktunya kawan, ada waktunya. Jadi kalo males banget liat curhatan rutin gue tentang kehidupan, sebaiknya jangan buka blog gue dalam satu m...

That WTF Post

Besok travel paling pagi but now my eyes just won't close. I'm sleepy but not-so-sleepy to sleep and, as always, there's too many thoughts weighing my shoulder. I'm in a big crisis of trusting people. Lame. It's like my own life is bailing on me since I moved to Bandung... Nothing goes my way and people just won't stop jerking out. I know it all started from those broken promises back at my very first day in Bandung, then I learn to stop giving a fuck about it and start building trusts and hopes to new people and new life--but then it brought me here; to the even lower point of having faith on everything except God. I just want some normal life where I don't have to be surrounded with bunch of audhsjfnsdjgrjr. I'm tired, okay. I'm so furious I don't know where to invest this anger I just feel like Ii'm going to burst into tears but then it'll be too weird GAHHH WTF WORLD. This world is full of bullshit. And your shit. And yours and...

Somebody that I used to know?

God I can't imagine I just titled my blog post with that Gotye's punchline like some insecure adolescent on twitter that refers to their ex or sumthin. I don't even have an ex nor boyf. Okay so that's the difference. I can't believe myself that cliché phrase is somehow meant a thing to me. -_- Senin dua minggu lalu -jangan tanya kenapa gue sampe inget waktunya- abis capek-capek kejebak macet pulang dari inten dan buka di jalan, pas makan malem, kayak biasa keluarga gue yang cerewet ngobrol terusss. Dan seperti biasa juga topik nggak jauh-jauh dari temen-temen gue / kakak gue. Yang gak biasa? Hari itu nyokap nanyain sesuatu tentang temen lama, yang -for heaven's sake- gue gatau kabarnya sama sekali sekarang. Gue bete, karena pertanyaan nyokap simpel dan general, tapi gue nggak bisa jawab selain ngomong "tau deh." Kayak semacam abg labil gue minggat dari meja makan secara smooth, nggak lari dengan dramatis (padahal ga ada yang peduli juga tis). Abis so...

Album Reviews [Combo Pack]

I'm back on the deck, hurrah! I'm so missing myself writing a proper readable post, the less-curhat less-sok-poetic post, even 'tho I'm not sure people are even into my music shits...but it feels good to be back on the deck!(?) These are my reviews of not-so-new-released albums that I listen to (not so) recently, ujian and college stuffs really took that much of my time-_- I wish I can come out with fresh recommendations but this is just all I have, here it goes, enjoy! The Temper Trap -  Acoustic Sessions EP Sepertinya The Temper Trap berhasil menemukan formula untuk menelurkan album yang flawless dan sangat pas: make it an EP (nggak sesimpel single dan nggak sepanjang LP) consists of six acoustic version of their best songs, here's when things couldn't go wrong. Sewaktu jaman intensif Inten, kerjaan gue kalo di rumah emang suka curi-curi waktu buat hal nggak penting yang bahkan di waktu luang aja nggak pernah gue lakuin, kayak randomly buka iTunes dan me...

Bandcamp Discoveries

 Just discovered some awesome new music on bandcamp's discover tab, check it out! Dances by Larrapin No Wonder I (single) by LAKE Grapell by Grapell Arbor Lights by Arbor Lights In The Future by Architecture in Helsinki Strange Range by The City and Horses Desire (願う) - R E M I X E S by spazzkid Nothing Lasts Long EP by Painted Palms