Skip to main content

Sebelas Hari Lagi dan Ikan Salmon

"...untuk melakukan pencapaian lebih, kita tak bisa hanya bertahan di tempat yang sama. Tidak ada kehidupan yang lebih baik yang bisa didapatkan tanpa melakukan perpindahan. Mau tidak mau, kita harus seperti ikan salmon. Tidak takut pindah dan berani berjuang untuk mewujudkan harapannya." -Raditya Dika, Manusia Setengah Salmon

Ya, gue memang salah satu orang yang mengambil life lesson dari buku komedi nonfiksi, sekalipun penulisnya pernah mencoba ngilangin jerawat pake kolor bokapnya. Tapi justru disitu, komedi terutama yang nonfiksi, selalu berformat jujur, jadi no bullshit involved.

H-11.

Gue bener-bener berharap gue bisa mengadaptasi kehidupan salmon. Lo tau gak kenapa salmon? Salmon itu ikan yang selalu bermigrasi tiap tahunnya, melawan arus sungai, ribuan kilometer jauhnya -untuk bertelur. Dan jangan kira salmon adalah binatang super, dalam proses kayak gitu banyak diantaranya yang mati, tapi seenggaknya semua ikan salmon berani take a leap of faith. Pokoknya harus berani menghadapi segala perpindahan itu dan selamat. LEBAY DEH HAHAHA.

Di saat gue yang seharusnya paling takut dan panik di masalah H-11 di antara seantero orang rumah, seperti yang sudah-sudah, nyokap gue yang paling panik.

Maklumi aja, doi adalah tipe emak yang harus tau detail anaknya kemana sama siapa naik apa pulang jam berapa ngapain aja ngobrol apa aja dan ngambek tiap dijawab "kepo bangetsih ma?!", dan gue anak cewek satu-satunya + bungsu. Sesungguhnya gue ngga tega dan berat banget liat doi kayak gini, tiap hari paniknya nggak karu-karuan. Untuk mereduksi kepanikan dan keparnoannya, nyokap gue jadi hobi nitipin gue ke orang-orang, yang penting tinggal di Bandung, udah dewasa, dan atau laki-laki. Sodara-sodara jauh yang cuma ketemu pas lebaran doang mulai beliau hubungi satu-satu begitu inget domisilinya Bandung, temen-temennya yang tinggal di Bandung juga, pokoknya semua kerabat yang tinggal di Bandung. Yang ngaconya lagi, hal ini udah merembet sampe orang-orang yang bahkan gue nggak kenal, contoh kasus: Nyokap gue punya temen SMA si A (yang waktu SMA nggak deket dan sejak ada grup BBM jadi suka chat) terus anaknya kuliah di Jatinangor (nangor bro nangor...) dan berkelamin laki-laki, langsung aja dengan antusiasme yang tinggi doi bilang, "Anak lo di Bandung?? Titip anak gue dong! Anak lo cowok kan?". Pernah juga nyokap sampe mintain kontak temennya anak temennya yang masuk FTI juga (dan cowok), ini udah yang paling ngaco, untung berhasil gue antisipasi. Untungnya (dan seharusnya) orang-orang yang jadi korban nyokap gue ini bakal cuma nanggepin angin lalu dan pastinya iya-iya aja sebagai formalitas, dan begitu ada yang taking it seriously biasanya langsung panik kayak dalam hati "sumpe looo?". Gue-nya sih woles...tapi kestresan nyokap ini juga bisa menggrogoti gue pelan-pelan.

Fenomena ini sebenernya bikin gue sedih dan kasian sama mama... Mau seberapa banyak orang yang dia titip suruh jagain juga dia sendiri deep down tau kalo pada akhirnya gue adalah tanggung jawab gue sendiri, because no one gives a shit, and no one should care. Dan emang seharusnya gitu. Lagian konsep jagain-jagain ini apaandah emangnya gue binatang piaraan gitu mau dikerangkengin, atau emangnya bahaya apa aja yang bakal gue hadapi disana? I'm a grown-up kid now, not just mom&dad's lil girl anymore. Gue tau sih gue manja tapi kan nggak segitunya...I'll be completely fine or at least that's what I always tell to myself, it won't be that hard, c'mon. Nyokap ngga tau aja kalo lagi nginep bareng temen-temen pasti yang ngurusin gue, kalo ngurusin reserved tempat gue, kalo kadang-kadang gue udah dianggep emak-emak sama sahabat-sahabat gue sendiri.

Inti gue nulis ini apa? Iya gue lagi membangkitkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan membuang pesimisme-pesimisme kampret yang menjamuri otak gue.

Kata Raditya Dika lagi, hidup penuh dengan ketidakpastian tapi perpindahan adalah salah satu hal yang pasti. Dan benar, yang sekarang pasti itu cuma dalam sebelas hari gue akan pindah, pindah ke kota lain, pindah ke hidup baru, pindah ke pribadi yang lebih mandiri dari yang seharusnya dan dari pikiran orang tua gue. Soal selamat atau nggak selamatnya gue di perpindahan ke masa depan, lagi-lagi cuma bisa pake prinsip ikan salmon; melawan arus itu ketika waktunya tiba dan percaya kalau kita akan selamat sampai ke perpindahan berikutnya dan mengulangi terus kepercayaan itu. Karena waktu ngga bisa menunggu, semenjemukan apapun menghitung mundur, yang penting kita sadar sisa-sisa waktu ini sangat berarti. Kan lebay lagi kea mau pindah ke alam lain ae lo tis.

Selamat 'berpindah' teman-teman 2013 :D

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kenapa saya tidak boleh merasakan apa yang saya rasa Kenapa saya harus bungkam ketika kata memaksa untuk mengalir Kenapa saya harus memiliki keberterimaan yang tidak pernah mampir Kenapa saya harus ada ketika ingin tiada Kenapa saya Harus Kenapa

Svo Hljótt (So Quiet)

Bahasa kesunyian, interpretasi rasa menjadi bahasa tanpa rambatan frekuensi gelombang suara. Meskipun hingar bingar dan kegegapgempitaan kota yang setia melatari kita, tapi lewat itu perasaan kita beresonansi, lewat kesederhanaan yang ditimbulkan sepi. Karena tak perlu kata, ketika kita saling menatap, dan ada janji yang mengikat dari percikan cahaya matamu. Tak usah juga lampu warna-warni yang menyirami jiwa kita dengan segudang omong kosong tentang masa depan dan kefuturistikan yang banal, ketika cahaya-cahaya monokromatik menyelimuti kita dengan kesederhanaan dan kedamaian tanpa sedu-sedan. Kamu bernyanyi pada satu purnama, membawakan kesunyian dengan begitu khidmat, yang bukannya sepi yang mencekik -tapi sepi yang tertuang harapan, yang seakan berbisik kepada hati. Kemudian ketika pada akhirnya nanti kita terjebak pada gonggongan dan ratapan yang disuguhkan realita, kamu berpesan, agar selalu mendengarkan pesan yang dilantunkan kesunyian. (Svo Hljótt adalah judul lagu Si...
Siang ini saya membuang memori saya keluar jendela. Dibalik tembok kamar saya ini tidak ada tempat sampah maupun pemulung yang mau repot-repot membawa pergi, menanggung beban yang saya harap saya sendiri mampu memikul. Jadi begitulah, dibalik jendela berukuran sedang yang jernih ini, saya masih bisa melihat serpihan masa lalu maupun angan-angan yang saya bangun setengah mati itu, tergeletak begitu saja, menjadikannya memori-memori baru tentang memori itu sendiri. Jendela ini seakan seperti kaca yang membatasi objek museum, bedanya memori itu entah kenapa tidak mau berjejer rapi dan memilih berjubel, seakan tidak mau dipisahkan satu sama lainnya. Saya bisa saja menutup jendela saya dengan tirai, tapi lagi, saya akan tetap tau mereka menunggui saya di sana. Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Love Like a Sunset, Pt.II - Phoenix (Day 2 - Song with number on the title)

Salah satu lagu favorit gue sepanjang masa! Lagunya ngga sampe 2 menit karena lanjutan dari Love Like a Sunset, Pt.I yang lebih panjang. Ini kalo dibawain live kedua lagu tersebut indahnya ga karuan. Lebih suka part kedua karena membawakan emosi kelemahan gue, yang adalah acceptance . Musiknya melankolis dengan tetap terasa hopeful dan ga menye-menye. Pesannya juga sangat indah dan efektif disampikan dalam 1 menit 46 detik tersebut: [Verse 1] Acres A visible horizon Right where it starts and ends Oh, when did we start the end? [Verse 2] Acres A visible illusion Oh, where it starts, it ends Love like a sunset Di verse pertama, sunset diceritakan sebagai awal dari suatu akhir; alias lah kok tiba-tiba udah mau selesai hubungan ini?! Kemudian di verse kedua langsung masuk ke fase berterima, bahwa hal yang dimulai pasti akan berakhir juga. Bagi gue lagunya menggambarkan relationship / perasaan yang indah banget tapi cuma sebentar -dan masih indah until the very end. Jadi inget pernah dapet...

(Another) Year End Post

"Don't cry because it's over, smile because it happened." Bleh. That's probably one of the most over-tweeted cliche-teenage-phrase that I've ever read. Terlalu optimis kadang malah bikin segalanya terdengar lebih pathetic, be true sedikit lah, lo mau tersenyum atas berakhirnya hidup seseorang karena, "yaa untung lah dia pernah idup :)"? Oke terlalu ekstrim, but you got the point. 'Tho, too pesimistic isn't a good thing either. Solusinya? Ada yang bilang jangan selalu melihat ke belakang, tapi tetap aja -mengutip Sarah Deshita lewat omnibus Memoritmo-  what kind of heart doesn't look back ? That's super true. But in my own case people wud say to me, "what kind of person always looks back?!" Hahaha. Berhubung udah tanggal 30, just like what I always did, I decided to post some recount about what had been going on this past 11 months. Karena di akhir adalah waktu paling lazim dan normal untuk melihat ke belakang (alibi). T...

Triple Local Heroes

WHAT IS UP PEOPLE Beneran nanya. Akhir-akhir ini satu-satunya yang gue kenal lebih baik adalah langit-langit kamar gue. Tiap hari cuma tidur, solat, mandi, buka puasa, refresh timeline, refresh path, ngalor-ngidul di youtube, discovering bandcamp, BIRP, liat langit-langit, tua di jalan gara-gara macet parah tiap memenuhi undangan bukber, dan mengosongi dompet dengan acara bukber yang lama-lama harusnya namanya diganti "raping your own wallet in ramadhan bersama". Welcome to my miserable jomblo  life. Dan setai apapun rutinitas not-so-called liburan panjang ini, gue lebih baik tetap menatap langit-langit kamar sambil dengerin playlist menye-menye dan berharap waktu melambat daripada hidup gue di fastforward ke...The Day. It's H-16 to completely living on my own peeps wuddup! "Nggak posting tentang ketakutan H-16 tisy?" Ada waktunya kawan, ada waktunya. Jadi kalo males banget liat curhatan rutin gue tentang kehidupan, sebaiknya jangan buka blog gue dalam satu m...

That WTF Post

Besok travel paling pagi but now my eyes just won't close. I'm sleepy but not-so-sleepy to sleep and, as always, there's too many thoughts weighing my shoulder. I'm in a big crisis of trusting people. Lame. It's like my own life is bailing on me since I moved to Bandung... Nothing goes my way and people just won't stop jerking out. I know it all started from those broken promises back at my very first day in Bandung, then I learn to stop giving a fuck about it and start building trusts and hopes to new people and new life--but then it brought me here; to the even lower point of having faith on everything except God. I just want some normal life where I don't have to be surrounded with bunch of audhsjfnsdjgrjr. I'm tired, okay. I'm so furious I don't know where to invest this anger I just feel like Ii'm going to burst into tears but then it'll be too weird GAHHH WTF WORLD. This world is full of bullshit. And your shit. And yours and...

Somebody that I used to know?

God I can't imagine I just titled my blog post with that Gotye's punchline like some insecure adolescent on twitter that refers to their ex or sumthin. I don't even have an ex nor boyf. Okay so that's the difference. I can't believe myself that cliché phrase is somehow meant a thing to me. -_- Senin dua minggu lalu -jangan tanya kenapa gue sampe inget waktunya- abis capek-capek kejebak macet pulang dari inten dan buka di jalan, pas makan malem, kayak biasa keluarga gue yang cerewet ngobrol terusss. Dan seperti biasa juga topik nggak jauh-jauh dari temen-temen gue / kakak gue. Yang gak biasa? Hari itu nyokap nanyain sesuatu tentang temen lama, yang -for heaven's sake- gue gatau kabarnya sama sekali sekarang. Gue bete, karena pertanyaan nyokap simpel dan general, tapi gue nggak bisa jawab selain ngomong "tau deh." Kayak semacam abg labil gue minggat dari meja makan secara smooth, nggak lari dengan dramatis (padahal ga ada yang peduli juga tis). Abis so...

Album Reviews [Combo Pack]

I'm back on the deck, hurrah! I'm so missing myself writing a proper readable post, the less-curhat less-sok-poetic post, even 'tho I'm not sure people are even into my music shits...but it feels good to be back on the deck!(?) These are my reviews of not-so-new-released albums that I listen to (not so) recently, ujian and college stuffs really took that much of my time-_- I wish I can come out with fresh recommendations but this is just all I have, here it goes, enjoy! The Temper Trap -  Acoustic Sessions EP Sepertinya The Temper Trap berhasil menemukan formula untuk menelurkan album yang flawless dan sangat pas: make it an EP (nggak sesimpel single dan nggak sepanjang LP) consists of six acoustic version of their best songs, here's when things couldn't go wrong. Sewaktu jaman intensif Inten, kerjaan gue kalo di rumah emang suka curi-curi waktu buat hal nggak penting yang bahkan di waktu luang aja nggak pernah gue lakuin, kayak randomly buka iTunes dan me...

Bandcamp Discoveries

 Just discovered some awesome new music on bandcamp's discover tab, check it out! Dances by Larrapin No Wonder I (single) by LAKE Grapell by Grapell Arbor Lights by Arbor Lights In The Future by Architecture in Helsinki Strange Range by The City and Horses Desire (願う) - R E M I X E S by spazzkid Nothing Lasts Long EP by Painted Palms