Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Sedikit Tentang Patah Hati

Dia menyalakan lagi rokoknya, entah rokok keberapa yang telah ia hisap setelah kami duduk di tempat ini. Matanya lelah. dan penuh kebingungan, serta tersirat juga kesedihan di sana pun sesekali ia tersenyum (yang tetap saja getir) ditengah ceritanya yang menggebu. Aku menenggak kopiku, lalu sesekali mengangguk, dan terus mengulangi kedua hal itu hingga dia akhirnya bertanya, "Gue harus apa?". Itu mungkin sudah kesepuluh kali ia melontarkan pertanyaan yang sama, mungkin lebih banyak dari rokok yang telah ia bakar, entahlah, aku sudah menyerah menghitung keduanya. Dan karena sebelum-sebelumnya jawabanku terus ia sanggah, kali ini pertanyaan itu kubiarkan menguap saja bersama asap rokoknya. Retoris, mungkin ia tidak sadar. Aku hanya menatapnya dengan segala empati yang masih kumiliki. Kemudian benar saja, ia kembali berbicara dan mengeluh lagi. Cerita yang telah ia ceritakan berkali-kali dengan frase-frase berbeda, yang sialnya buatku jadi hafal lebih dari materi-materi kuli...

Fracture

As he hug me so dearly, and let my tears wet his sleeves, I know I'm allowed to feel, even if the world doesn't believe in my tears anymore Caressing my hair, he whispered "I know, I know", Still sobbing hard, I know I was never alone, And for the first time ever, The thought of how I would hurt myself, Vanished into the damn cold night, Some other time he hates my tantrums, Yet he still feel my deepest sorrow. "Everything will be fine" His little kiss on my forehead lingers.

Crystallized

It's the moment that I've been waiting all week; to sit under the cold but comfy breezy night, with a glass of ice mocca for me and a glass of cold brew for you after a long hot day, The Adams song playing soft in the background, and I find myself flustered by the sparks on your eyes as you preach about fast cars. Baby it's a therapy, one that shook all the frustration away. Even if it's only in my head, I wish I could crystallized every beat.

Saat-Saat Rindu Bandung

Dibanding orang-orang lainnya di lingkaran saya, agaknya saya termasuk yang paling mudah dan seringkali merindukan Jakarta ketika lagi di Bandung. Tapi hari ini, menit-menit menuju magrib dan terjebak macet di tengah-tengah tol naik uber, saya bersumpah tidak pernah merindukan Bandung lebih daripada ini.  "Bandung kan juga macet." Setidaknya tidak pernah seumur hidup saya di Bandung, macet 21km penuh tanpa ampun. Dan setidaknya saya timggal di Dago, sehingga semacet-macetnya tetap tidak perlu menempuh 21km untuk buka puasa. Nonsense sih karena saya ngga tau rasanya KP di Bandung hahaha. Tapi KP di Sunter adalah mimpi buruk (kalau rumah kalian di Kramat Jati).  Selamat berbuka! -dari atas Wiyoto Wiyono dengan pantat hampir rata
I'm sick of people throwing their shits at me  As if they're the mightiest creature that God have ever created As if they have their rights, to look low on people I wish you all suffer From all the pain you're causing me Later in your shitty life

Jakarta

Hujan buatmu rindu, Rindu yang sebatas luka dan doa, Yang perihnya masih sama Ada proyeksi bayang semu, dari ingatan yang kian usang -namun tak kunjung lekang, pada sudut kota yang pernah kamu tinggalkan Pada dinding-dinding kaca itu tersimpan Percakapan tentang mimpi-mimpi yang kita umbar Yang kini telah menguap Dan terlepas dari segenggam angan Kepada kota ini kamu pulang, Kepada kota ini kamu hilang

Bedroom Sadness #2

All the pop music won't help Past the time that runs so slowly And lingers around your neck,  Time took your breath away, It took your breath away - - With chapped lips, Singing the tantrums Of Piledriver Waltz You wished you could disappear - - You're dying for the wounds Which you can visually see Because unlike what's inside you, You can watch it slowly healed