His favorite music was Mogwai. Malam itu ia memejamkan matanya, kemudian tersenyum begitu damai --bukan senyum bahagia atau senyum jahil yang pernah dia tunjukkan selama dua tahun aku mengenalnya. Auto Rock berkumandang dari speaker Honda Estillo-nya yang terparkir di sebuah lahan kosong tak jauh dari tukang tahu sumedang kesukaanku. Aku masih sibuk mengunyah tahu sumedang hangat yang barusan kami beli, ketika kemudian ia berkata, "If my life were a movie, Mogwai definitely would be the soundtrack. Makanya di setiap momen penting di hidup gua, harus ada lagu mereka dipasang." Aku mencerna kalimat itu beberapa detik, seingatku bahkan ini pertama kali ia memutar lagu Mogwai di mobilnya. "Lah, lo jarang muter deh perasaan?" "Tandanya lu gak lagi ada di momen penting hidup gua dong," katanya sambil nyengir. "Ribet juga idup lo ya." "Seriously tho, each of their songs has this cinematic effect in my head." Aku menenggak air mineral botolan ...
http://lisztomaniax.blogspot.com